Followers

Senin, 02 Januari 2012

DIARY - TAHUN BARU - GREBEG BUKU JOGJA


Sunday, January 01, 2012
Srak-srak-srak, apakah kalian tahu hari ini hari apa? Ohh, ya, tentu saja hari ini adalah hari Senin. Tapi yang spesial, hari ini adalah hari pertama dari tahun 2012 yang sebentar lagi akan kita lewati. Apakah nanti kita bisa melaksanakannya dengan baik dan memenuhi dengan apa yang sudah kita targetkan dari awal, atau malah nanti akan penuh cobaan dan penderitaan karena qodar dari Allah yang tak bisa kita rubah.
Menginjak di hari pertama ini, hari-hariku tak terlalu spesial seperti perasaan orang kebanyakan yang meniup terompet sambil jingkrak-jingkrak bersama keluarga. Hariku biasa saja, seperti hari-hari sebelumnya yang rasanya kurang begitu melonjak seperti rasa makanan di restoran.
Tadi pagi, tepat pukul sembilan lebih lima belas menit, aku dan temanku ada acara (lebih tepatnya sudah merencanakan) akan pergi ke Jogja untuk menghadiri acara Grebeg Buku Jogja yang diadakan sedari tanggal 28 – 5 Januari. Kami berangkat dengan agak tergesa-gesa—temanku menghampiriku dalam waktu yang tak kuperkirakan sebelumnya kalau ia akan datang secepat itu. Jadi, tanpa persiapan yang cukup, aku langsung naik di jok motornya yang agak curam seperti lereng gunung itu, menggunakan jaket hitam kepunyaanku dan sendal selop milik suami dari kakakku.
Yang bisa kurasakan selanjutnya adalah rasa takut merajam-rajam hatiku, karena ternyata temanku itu—agak—kurang bisa mengendarai kendaraan bermotor dengan baik, atau karena ia terlalu hati-hati dalam mengendarai motornya yang tampaknya selalu ia rawat, sehingga, ketika di depan ada mobil yang berjalan melambat, maka ia langsung mengerem motornya itu kuat-kuat.
Cittttt!
Hatiku langsung kebat-kebit. Gila bener temenku ini. Naik motor kok kayak orang jantungan gitu. Malah aku yang jadi takut.
Padahal, perjalanan sedari Klaten menuju Jogja sungguh padat merayap—maklumlah tahun baru—jadi jangan salah kalau setiap ada kendaraan yang melambat di depannya, ia pasti akan langsung mengerem motornya dengan tekanan kuat, sampai-sampai aku takut sekali kalau motor-motor yang berjalan di belakang kami akan menubruk pantatku karena temenku ini sering sekali mengerem dengan mendadak.
Ciiittttt!
Hatiku terus berdoa supaya kami selamat sampai tujuan.
...........................................................................................................
Sampai di lokasi Grebek Buku Jogja, kami langsung masuk ke pameran. Ternyata lumayan banyak stand yang berada di sana, dari segala penerbit besar di Indonesia, yang tak bisa aku sebutkan satu per satu.
Aku langsung menghambur ke penerbit bukuku. Ternyata letaknya sangat strategis sekali, karena berada tepat di depan pintu masuk utama. Waw! Sedari masuk saja aku langsung tahu dan disuguhi bertumpuk-tumpuk buku terbitan mereka, dan otomatis, aku langsung berpikiran kalau ingin mencari bukuku—apakah ada dan laku atau tidak.
Ternyata, setelah aku berjalan ke sana-kemari, aku tak juga menemukan bukuku yang baru saja terbit, entah ditaruh dimana. Lalu aku mencoba meng-sms temanku, yang dia bekerja di penerbitan bukuku itu juga, katanya aku suruh tanya saja sama penjaga stand itu.
Maka dalam keadaan setengah malu, aku pun memberanikan diri untuk bertanya kepada penjaga stand itu, dan katanya, aku suruh cari di tumpukan buku sebelah sana. Atau sebelah sana.
Lalu, aku pun memutuskan untuk mencarinya lagi, di tumpukan buku sebelah kiri, sampai di tumpukan buku sebelah kanan. Aku sampai-sampai membongkar-bongkar tumpukan buku itu, takutnya kalau bukuku ketumpukan buku yang lain, sehingga bukuku tidak kelihatan dan tidak dibeli-beli pembeli. Tapi ternyata, hingga aku membongkar satu per satu buku yang ada di sana, sampai-sampai kakiku pegal karena selalu duduk berjongkok, bukuku tetap tidak ketemu juga. Sebenarnya dimana sih si penjaga buku ini menaruh bukuku? Kok sudah aku cari-cari di semua tempat tetap tidak ada juga?
Karena penasaran, akhirnya aku meng-sms temanku lagi.
“Mbak, tetep tak ada tuh. Dimana ya buku-bukuku? Padahal di sini baru banyak orang, dan aku ingin memasarkannya. Biar cepet habis.”
Tak lama kemudian temanku itu membalas.
“Jangan-jangan sudah habis? Laku keras kali?”
Tanganku menggigil sewaktu membaca sms itu. Apakah benar ucapan temanku ini? Kalau iya, wah, aku benar-benar tak menyangkanya! :O
Lalu, karena aku masih penasaran lagi, aku memutuskan untuk bertanya lagi kepada penjaga stand itu, tapi kepada penjaga yang lain.
Ternyata, ia berkata, kalau ia tidak membawa buku itu ke sini.
Gubrakkkkk!!!!
Jantungku langsung luruh menjadi debu-debu tak kasat mata. Ternyata bukuku tak ada bukan karena laris manis, tapi karena mereka tidak membawanya ke sini! Gila aja! Padahal, kalau saja mereka membawanya, aku mau membantu memasarkannya, karena saat ini baru banyak sekali pembeli yang mampir di stand penerbit bukuku. Duhhh, sayang sekali. Dan aku yakin, kalau saja stok bukuku ada di sini saat ini, aku bisa memasarkannya hingga habis! >.<
............................................................................
Seusai itu, perasaanku selalu lemas, bahkan untuk melihat-lihat buku-buku yang lain pun aku tampak enggan. Tapi bukan karena itu saja denk aku tak mau melihat-lihat buku, tapi memang kantongku benar-benar tak ada isinya.
Tadi, sewaktu mau berangkat dari rumah, aku terpaksa meminjam uang kakakku karena gajiku belum turun dan royalti dari penerbit juga belum dikirim. Jadinya, pergi ke jogja itu, aku hanya membawa uang 20.000,- plus uang seribu, satu-satunya uang yang tersisa di dalam dompetku. Nyaris saja aku tak berani menyentuh buku-buku, karena takut jiwa belanjaku kesusupan, karena apalah arti uang 20.000 itu untuk beli buku—walau di sana banyak diskonan. Ditambah, kepalaku sudah keliyengan karena perutku lapar sekali. Bayangkan kalau sedari pagi sampai jam dua siang perut tidak kemasukan makanan. Padahal, kau tahu, aku adalah type orang yang tak kuasa menahan lapar. Kalau sampai aku kelaparan, maka tubuhku akan lemas sekali, dan jika terlalu lama, bisa menyebabkan sakit kepala yang amat sangat karena—seolah-olah—darah dari badan tidak mau naik ke atas—kepala.
Karena takut menghadapi resiko itu, aku terpaksa pergi keluar sendirian, dengan niatan mencari makanan.
Tapi, apakah di sini ada makanan yang benar-benar murah seperti di desaku?
Kayaknya sih tidak. Jadi, daripada uangku tidak cukup untuk beli makanan—pada saat itu aku masih memikirkan kalau mau membelikan bensin buat motor temanku itu—jadi aku terpaksa hanya beli es jus jambu merah saja. Kenyang atau tidak, yang penting murah. Dan es jus, menurutku, bisa mengenyangkan perut, walau efeknya tak terlalu lama.
Uang berkurang 5.000,-
Jadi di kantong tinggal 16.000,- saja
Lalu aku masuk ke dalam pameran lagi, yang memang terletak di dalam ruangan.
Muter-muter lagi melihat buku-buku. Pengennya sih mau membelikan keponakan-keponakanku sebuah buku yang bermutu, yang berhubungan dengan tulis-menulis, agar ponakan-ponakanku juga mau belajar menulis cerita sepertiku.
Tapi ternyata harga buku sama sekali tak ada yang di bawah 10.000,- (walau sudah di diskon) jadi aku memutuskan untuk tak membeli apa-apa, kalau tak mau nanti dicap sebagai orang pelit yang tak mau ngasih uang bensin.
Dengan pertimbangan ingin ngasih uang bensin itulah aku tak jadi membelanjakan uangku, walau aku—sebenarnya—pengen banget membeli kamus ilmiah yang ada di sana. Sama buku anak-anak.
.........................................................
Pulang ke rumah, hujan sangat-sangat lebat sekali, sampai-sampai tubuh ini seolah ingin terlempar ke samping karena anginnya kencang sekali. Juga, jalanan jadi banjir akibat air yang menggenang tak bisa mengalir kemana-mana. Ditambah, cara mengendarai kendaraan temanku yang tampak seperti orang baru belajar naik motor itu, membikin hati kebat-kebit. Rasa-rasanya aku pengen meloncat turun saja, atau kalau tidak aku ingin menggantikan menyetir motornya, daripada jantungku tersiksa seperti ini. Tapi sudahlah, bersabar lebih baik mungkin. Daripada ditinggal di jalan?
............................................................................................
Sehabis sholat dzuhur tadi, aku sempat mengalami hal yang sungguh-sungguh konyol. Karena udara di Jogja saat itu begitu dingin, ditambah aku yang habis minum es jus buah jambu, perutku tiba-tiba saja berasa seperti orang mengandung. Kembung. Karena kebelet pipis. Padahal, setelah kucari-cari di segala tempat, di areal wanitatama itu, sama sekali tak ada kulah yang sama seperti kulah yang ada di desa atau di rumahku. Kulah di sana rata-rata sudah memakai toilet duduk atau kalau mau kencing harus pakai yang toilet berdiri itu—yang kalau dilihat dari belakang persis seperti orang hutan sedang kencing. :D
Aku benar-benar kebingungan mau gimana. Aku tak terbiasa memakai toilet duduk. Tapi karena terpaksa, ya sudah, apa boleh buat, aku masuk saja ke sana, dan beruntung ada satu toilet yang sedang kosong.
Aku masuk ke dalam toilet (maksudnya ruangan, bukan toilet yang buat berak itu—gila saja masak masuk ke dalam lubang), tapi langsung kebingungan karena nggak tahu cara nggunainnya. Lagipula, tinggi daripada bingkai ruangan itu setinggi setengah betis. Et-dah! Gimana kalau ada yang lihat kalau—siapa tahu—aku salah posisi menggunakan toilet duduk itu? Kan nggak lucu!
Karena aku sudah merasa persetan, ya sudah, aku lakukan saja apa yang aku ketahui, dan meninggalkan cairan kuning yang busuk itu di tempatnya, karena aku nggak tahu gimana cara menghilangkan air yang mengambang di dalam toilet itu. Aku sempat melihat di dalam film, di tipi-tipi, kayaknya sih ada bagian di sebelah kanan gitu yang diputar, terus airnya bakalan langsung terhisap ke dalam. Tapi karena sudah aku coba sekali dan nggak ketemu tuas yang mana yang digunakan, ya sudah, aku lari saja dari toilet orang kota itu, dengan wajah meledak menahan tawa. Salah sendiri bikin toilet kayak gitu. Bikin bingung orang desa saja, haha. :D
...................................
Memutar waktu, tadi malam aku tak merayakan apa-apa. Aku cuma tidur di tempat teman saja, sampai pagi, dan kurang dari jam sebelas aku sudah tidur pulas karena si penghuni rumah juga sudah tidur. Aku hanya bisa sms-an dengan teman-teman dan sahabatku yang ada di Aceh sana, menanyakan kabar.
......................................
Kira-kira, kehidupanku ini akan berubah atau tidak yaa?



2 komentar:

Anonim mengatakan...

makasih udah bikin post tentang grebeg buku, tapi mungkin poster-nya kalo boleh diganti ini aja : http://tikusbujang.deviantart.com/#/d4jmql7 hehehehe makasih skali lagi ^.^

Unknown mengatakan...

Woo, emang salah ya posternya itu? Haha, maap ya... coz kurang tahu sih... cuma comot di FB.. :D

TERTAWALAH SEBELUM TERTAWA ITU DILARANG!!!

Ning, nong, ning, glung, Pak Bayan...
Sego jagung ora doyan...
Iwak ingkung, enak'e...
Kesandung dingklek, aduh Mbok'e...
:D

Total Tayangan Halaman

Cari

Nek arep nggoleki lewat kene: