Followers

Senin, 24 Oktober 2011

CARA MENGIRIMKAN NASKAH KE PENERBIT MAYOR

Ohh, iya. Kemaren ada seorang teman yang bertanya di salah satu posting blog saya tentang; bagaimana cara mengirimkan karya ke penerbit mayor?


Oke, ini kali akan saya jelaskan secara singkat saja agar teman-teman—setidaknya—bisa lebih paham:
1.      Tentu saja, sebelum kamu ingin mengirimkan karya, kamu harus punya naskah yang sudah “jadi” dulu. Nah, apakah kamu sudah mempunyai naskah yang sudah “jadi” untuk dikirimkan ke sebuah penerbit? Kalau belum, berarti kalian harus menyelesaikannya dulu. Dan kalau sudah, boleh disimak tahap-tahap selanjutnya.
2.      Setelah naskahmu sudah rampung alias sudah “jadi”, sekarang coba tengok bagaimana karakteristik tulisan kamu itu. Maksud saya, masuk ke dalam “genre” seperti apakah naskah kamu itu? Apakah kamu menulis puisi, kumpulan cerpen, novel fiksi fantasi, novel remaja, umum, islami, anak-anak, atau seperti apa?
3.      Jika kamu sudah bisa memahami genre tulisan kamu, langkah selanjutnya yang harus kamu cari adalah Penerbit. Ini bisa dilakukan lewat internet, di google search, saya kira di sana sudah terpampang banyak sekali nama-nama penerbit yang siap kalian tembus. Namun yang perlu kalian pahami adalah; kalian harus tahu seperti apakah visi dan misi dari penerbit satu dengan yang lainnya. Cara mengechecknya bagaimana? Yaitu dengan melihat web-site mereka dan melihat seperti apa buku-buku yang telah mereka terbitkan. Apakah ada salah satu dari mereka yang buku-buku terbitan mereka sesuai dengan buku yang sudah kita bikin? (Saya beri tahu ini memang langkah yang paling sulit dalam hal pengiriman naskah.)
4.      Oke, setelah kalian menemukan penerbit yang cocok, sekarang tinggal proses pengiriman naskah itu sendiri. Ada kalanya penerbit yang meminta kita mengirimkan naskah print out berbentuk buku yang dijilid, dan ada kalanya ada penerbit yang bisa hanya dengan mengirimkan naskah lewat email saja. Ini hanya bisa diketahui di website si penerbit tersebut.
5.      Setelah itu, cek kembali semua persyaratan-persyaratan yang diinginkan penerbit. Kalau mereka meminta lampiran biodata kita, ya harus kita cantumkan. Kalau ada yang minta persyaratan lain, seperti synopsis naskah, keunggulan naskah kita, dan lain-lain, ya harus benar-benar kita sertakan. Intinya jangan sampai kurang satu pun. Kalau lebih ya “Ahlamdulillah yaa…” :D (becanda).
6.      Setelah selesai check terakhir, barulah kita kirim naskah kita ke kantor pos atau lewat email. Tulisannya yang jelas, singkat dan padat saja, jangan bertele-tele. Cukup agar si penerima itu tahu bahwa kita mengirimkan naskah kepadanya (karena semua keterangan sudah kita cantumkan di attachment/print out).
7.      Selesai kirim, tinggal tunggu deh naskahnya diseleksi. Ini biasanya memakan waktu setidaknya satu bulan (minimal) sampai tiga bulan atau lebih. Tinggal penerbitnya dan bagaimana ketentuan dari mereka.
8.      Setelah ada pemberitahuan dari mereka bahwa naskah Anda diterima, kalian boleh jingkrak-jingkrak deh. Nah, kalau tidak diterima, mending segera ambil tissue buat menyesap ingus kalian yang sebentar lagi akan keluar. Atau mau bersender di pundak saya juga boleh. Asal bayar, hihi. ^_^

Udah segitu saja dulu ya teman-teman bagi-bagi ilmunya. Tapi kalau ada suatu pembahasan yang ingin kalian tanyakan, boleh bertanya di kolom komentar. Dengan senang hati insyaAllah akan saya jawab, semampu saya.
Saya seorang penulis baru, tapi saya setidaknya pernah menerbitkan buku. Jadi setidaknya sedikit-sedikit mengerti lah soal penerbitan dan sebagainya… :)

Semoga permasalahan teman-teman bisa terobati dengan membaca postingan ini.
Cheerrrrsssss…!!!

Sabtu, 22 Oktober 2011

MANTRA (MEncari Raja Afzein Kedua) seri 2 (Bab1)

Hmm, sebagai pelepas dahaga saja...
Ini sedikit petikan di Bab 1 yang sempat saya tulis dulu...
Yeah, seabgai pelipur hati teman-teman yang mungkin kangen dengan Novel saya dulu... ^_^

..................................

Dengan agak marah aku segera pergi dari kamar kakak iparku, Zuiver Lattosa, setelah memperoleh kabar dan penjelasan mengenai cincin emas yang sedang kupakai ini. Cincin emas yang pernah menyelamatkanku dari hantaman pemimpin burung reuz, Hirroqla, pada waktu terjadi peperangan antara kerajaan Afzein dengan kerajaan Dombire beberapa hari yang lalu. Aku ingin segera bertemu dengan Romuza dan menanyakan tentang kejadian saat Raja Keinjizie Romein, kakak kandungku sendiri, diculik oleh anak buah dari Ratu Nivera saat sedang sakit. Aku ingin mengetahui alasan, kejadian dan segalanya, kenapa Romuza tidak melindunginya saat peristiwa itu sedang berlangsung. 
Aku segera masuk ke dalam istana dan duduk di singgasana yang megah, setelah memerintahkan salah satu pengawal kerajaan untuk memanggilkan Romuza di ruangannya. Aku menantinya dengan agak tak sabar, dan tak seberapa lama kemudian Romuza datang ke hadapanku sambil berlutut dan menundukkan kepala.
“Hamba menghadap, Yang Mulia.” sapanya, lalu aku berkata.
“Bangunlah.”
“Terimakasih, Yang Mulia.”
Romuza segera bangkit sambil mengangkat wajah. Ternyata luka bengkak di hidungnya sudah sembuh. Mungkin ia rajin mengompresnya dengan air garam.
“Kau tahu kenapa kau kupanggil kemari?” kataku, tanpa basa-basi, dan berusaha menahan emosi.
“Tidak, Yang Mulia.” jawab Romuza wajar. “Hamba tidak tahu.”
“Kalau begitu ketahuilah, bahwa tadi aku menemui permaisyuri Zuiver Lattosa untuk menanyakan perihal cincin emas yang sedang kupakai ini. Cincin emas yang telah menyelamatkan nyawaku dan seluruh kehidupan kerajaan Afzein ini, tak terkecuali nyawamu.” terangku. “Mungkin kau tak perlu tahu asal-usul dari cincin ini, tapi kau perlu tahu bahwa permaisyuri Zuiver Lattosa tadi telah mengatakan sesuatu kepadaku, yang sesuatu itu mungkin takkan pernah kau duga sebelumnya kalau aku akan mengetahui semua permasalahan ini.”
Romuza mengernyitkan dahi. Merasa tak mengerti.
“Maafkan atas kebodohan hamba, Yang Mulia.” ujarnya, “Tapi hamba belum mengerti atas apa yang Yang Mulia maksudkan.”
Aku berdiri dan berjalan mendatangi Romuza, sambil menatap cincin emas yang masih melingkar di jemari kelingking sebelah kananku dengan manisnya.
“Permaisyuri Zuiver Lattosa mengatakan bahwa sebenarnya kakak kandungku masih hidup, karena dulu ia diculik oleh salah satu anak buah dari Ratu Nivera, sewaktu sedang sakit.” kataku, agak emosi, sambil menatap wajah Romuza yang mendadak terasa memuakkan. “Kau pasti tahu kejadian itu, karena peristiwa itu berlangsung saat kerajaan Afzein berada di bawah kekuasaanmu.”
Romuza tampak terkejut mendengarnya. Ia tak dapat berkata apa-apa.
“Sekarang cepat ceritakan bagaimana kronologis kejadian yang sebenarnya, kenapa kamu membiarkan kakak kandungku diculik oleh anak buah dari Ratu Nivera yang jahat itu.”
Romuza menundukkan kepalanya dengan sangat-sangat menunduk, hingga seperti kehilangan tulang leher, lalu menjawab dengan wajah pucat karena kalut setelah mendengar bentakanku.
“Hamba… emm… hamba, waktu itu… tak dapat berbuat banyak, Yang Mulia… Istri hamba diculik oleh Ratu Nivera… Dan monster-monster itu mengancam kalau mereka akan membunuh istriku kalau aku melawan…” Romuza berkata dengan terbata-bata. Jawabannya membuatku kesal dan makin marah.
“Kau tidak bersedia mengorbankan nyawamu untuk Rajamu?” kataku, “Kau tidak bersedia berkorban demi kerajaan dan rakyat Afzein yang dulu hidup menderita itu? Padahal kau sendiri tahu, berapa banyak istri dari rakyat Afzein yang mati gara-gara ulahmu itu. Sangat banyak!”
Tiba-tiba saja, dari pintu samping, permaisyuriku yang bernama Tiffany Romein datang menghampiriku—mungkin ia mendengar suaraku yang agak keras sewaktu membentak Romuza tadi. Ia mencoba meredakan amarahku dengan mengajakku duduk di singgasana, dan membicarakannya dengan baik-baik.
Akhirnya aku menuruti kemauan permaisyuriku, namun rasa kesalku belum sirna.
“Lanjutkan omonganmu.” kataku pada Romuza.
Romuza menundukkan kepalanya lagi, seperti gerakan mengangguk, lalu berkata.
“Maafkan hamba, Yang Mulia. Hamba memang patut mati. Tapi, jika saat itu hamba melawan bersama dengan prajurit yang hanya beberapa ratus itu, hamba takut perbuatan itu hanya akan sia-sia. Pasukan dari kerajaan Dombire terlalu banyak dan kuat. Hamba takut nyawa para prajurit itu hanya akan mati sia-sia.”
“Ah, kau memang pintar berkilah, Romuza. Kalau saja aku tak menghormati istrimu, kau sudah kutendang dari kerajaan ini.”



Rabu, 19 Oktober 2011

NOVEL MANTRA (Mencari Raja Afzein Yang Kedua)

Helo teman-teman...
Jumpa lagi dengan saya, Si Kucing Merah dari selatan. Haha, nggak denk cuma becanda. ^_^

Oke, kali ini saya pengen memposting sedikit tulisan saya. Yah, setidaknya bisa disebut tulisan--mungkin. Atau coretan-coretan tangan...

Ini sebenarnya adalah tulisan saya, yang sebenarnya juga sudah saya tulis sedari beberapa tahun lalu, tapi--karena berbagai sebab--agak saya tunda untuk menyelesaikannya.

Hihi, ini adalah tulisan saya yang terdapat di Novel Mantra (edisi buku kedua--sebenarnya). Setelah Novel Mantra (Kitab Rahasia Malaikat) telah diterbitkan beberapa tahun yang lalu.

Yeah, sebenarnya Novel itu dulu saya rencanakan tidak hanya jadi satu buku saja. Tapi ada tiga atau empat buku--jumlah Novel yang saya bayangkan waktu itu. Mungkin buku MANTRA di edisi pertama tidak ada label "Edisi 1" nya, dikarenakan juga berbagai sebab. :)

Ada yang ragu? Kalau begitu boleh diintip dalam catatan / kerangka karangan yang saya bikin beberapa tahun lampau itu. Di gambar ini saya menulis judul "Mantra Edisi II" kalau tak salah. Di bagian kanan buku. Check this out:



















Hihi, itu adalah tulisan saya beberapa waktu lalu, selepas Novel Mantra edisi pertama diterima kalau tak salah.

Dan ini dia synopsis Novel Mantra edisi kedua yang dulu juga telah saya bikin:
Saya beri judul:


MANTRA (Mencari Raja Afzein Yang Kedua)


Sehari setelah penaubatan dirinya menjadi raja Afzein yang ketiga, tanpa diduga-duga, dari mulut permaisyuri yang bernama Zuiver Lattosa, Raja Kizzorgy Romein telah mengetahui bahwa ternyata pemimpin dari sekelompok burung reuz yang bernama Hirroqla itu tak lain adalah kakaknya sendiri. Raja Keinjizie Romein, Raja Afzein yang kedua. Raja Kizzorgy Romein tak tahu harus berbuat apa, karena ia tak tahu kemana perginya sekelompok burung reuz itu sewaktu peperangan terjadi. Satu-satunya orang yang bisa memberi petunjuk hanyalah Romuza, seorang penglima perang yang telah mengundurkan diri. Namun, ketika ia mendatangi Romuza guna meminta kejelasan atas semua hal yang terjadi pada kakaknya, Romuza malah menghilang entah kemana. Mulai saat itu, berbagai kejadian tak terduga harus dilalui Raja Kizzorgy Romein sendiri, karena ia harus menyelamatkan kakak kandungnya yang masih terkena guna-guna dari penguasa Kerajaan Dombire, Ratu Nivera.

Mampukah Raja Kizzorgy Romein menemukan dan menyelamatkan Raja Keinjizie Romein yang telah berubah menjadi musuh yang bernama Hirroqla?

Simak cerita seru dari novel MANTRA edisi kedua ini yang akan membuat Anda tegang dan bergidik dari awal hingga akhir, tak kalah dengan edisi yang pertama.




( Cover Novel Mantra edisi pertama )

Ada komentar? :)

Emm, mungkin edisi selanjutnya, akan saya upload beberapa kalimat terusan Novel Mantra edisi pertama itu di sini. Daripada mubazir? Siapa tahu ada teman-teman yang mau membacanya. :)

Sampai jumpa di edisi selanjutnya.
TTDJ ya...

Terima kasih sudah mau membaca tulisan ini! :)

Senin, 17 Oktober 2011

KERANGKA KARANGAN NOVEL MANTRA (Kitab Rahasia Malaikat)

Hmm, mungkin banyak teman-teman yang ingin mengetahui, seperti apa sih kerangka karangan itu--bagi yang belum tahu?
Nih, aku kasih tahu saja ya, daripada mubazir. Biar bagi-bagi ilmu.

Ini adalah kerangka karangan novelku yang pertama dulu. Judulnya MANTRA. Yang saya buat kira-kira selama satu bulan setengah. Hmm, entah waktu yang terlalu singkat atau lama, aku juga nggak tahu karena memang baru kali itu aku membuat novel yang berhasil diterbitkan.

Walau akhirnya mendapat banyak cacian setelah itu (Hiks!--mencoba tabah)

Padahal kalau mengingat masa-masa yang penuh perjuangan itu, wuih, kayaknya musti nyiapin gelas buat menampung air mata ini. Tau-taunya... hiks...

Walau nggak semuanya mencaci denk, tapi banyak juga yang suka, haha (tertawa dulu) :D

Jadinya ya aku enjoy saja... 

Lihat ini kerangka karanganku yang ternyata mirip dengan tulisan cakar ayam, haha.............












Lumayan berantakan kan? :D



















Tambah hancurrrrrrrrrrrr... :D




















Tulisan cakar ayamm... :D




















Leburrrr...... Lebuuuuuuuuurrrrrrr.... :D




















Wahhh........ ternyata banyak sekali yaaaaaaaaaaa... :D
Tapi eitsssss, masih ada satu lagi........ :P





















Sudah, kiranya itu saja dulu ya tips dan bagi-bagi ilmu kita.

Mudah-mudahan saja berguna bagi teman-teman yang mau menjadi penulis....


See you next time.....

Jangan lupa kasih komentar ya kalau mau tanya-tanya..... ^__^









Selasa, 11 Oktober 2011

KAMUS BAHASA JAWA DI NOVEL PAIMO & MAK JENUN

Nah, kikuk-kikuk dulu nih... Hihi...
Emm, maksudnya... jumpa lagi dengan Si Kucing Merah dari antah berantah alias aku ini...

Hihi... (Ketawa mulu--Plak!)

Oke deh, nggak usah kebanyakan kempyang...
Di sini saya hanya ingin membuat sebuah kamus tentang kosa-kata yang ada di Novel Humor pertama saya kemaren, yang berjudul Paimo & Mak Jenun.

Karena... tampaknya banyak juga di antara teman-teman yang tidak mengetahui bahasa Jawa, mungkin yang berasal dari Sunda atau lainnya, yang memang agak kesulitan mencerna isi cerita saya yang memang begitu "Njawani" bila dilihat dari sisi kosa katanya.

Memang sih itu sebagai ciri khas dari Novel Humor saya ini.

Saya ingin mengangkat Novel dengan tema dasar pedesaan, yang mungkin di era modern ini sudah tersisihkan dan terlupakan oleh banyak orang.

Berhubung ada seorang temen yang curhat karena setiap detik ia dikirimi sms oleh semua teman-temannya yang baca Novel saya ini yang berisikan pertanyaan-pertanyaan seputar arti dari kata-kata Jawa yang aku selipkan di Novel saya, maka saya berinisiatif untuk membuat kamus saja di blog tercinta saya ini.

Yeah, tidak usah berpanjang lebar lagi, come on, lets check it out...
Kamus kata-kata jawa yang ada di Novel Paimo & Mak Jenun:

  1. Mbrubul: tumbuh secara serentak/banyak
  2. Ciduk: gayung
  3. Ngewel: bergerak sendiri
  4. Grayah-grayah: menggapai-gapai/mencari-cari suatu benda menggunakan tangan
  5. Grobokan: semacam almari (hanya beda nama saja)
  6. Nglewer: opo yo, bingung aku. Nglewer itu ada di bawah, kayak gitu lah, haha :D
  7. Telek lencung: kuwi sama aja dengan kotoran ayam itu lho, cuman yang bentuknya nyuncut (kayak kerucut), makanya dinamai telek lencung. :D
  8. Mblesek: masuk (biasanya kata ini dipakai perumpamaan bagi kaki yang masuk ke dalam lumpur)
  9. Runggut: lebat
  10. Kelek: ketiak. Yeak! :p
  11. Lower: lebar, cuman level bahasanya lebih kasar/jelek dari lebar.
  12. Ruyung itu double stick bro. Dasar katrok. :p
  13. Mlenthus: semacam melendung, kayak orang lagi hamil itu lho. Mudeng kan?
  14. Gembrombyang: berbicara, bergosip, ngomong banyak-banyak—diambil dari istilah suara peralatan rumah tangga yang pada berjatuhan; grombyang-grombyang-grombyang! (ini juga bahasa gaul keluargaku! :p)
  15. Anyles: anyep plus membikin hati adem.
  16. Ngepok: pangkal. :p
  17. Cethol: ikan kecil yang hidup di kali, banyak hidup di pedesaan.
  18. Uget-uget ki jentik-jentik nyamuk itu lho. Payah! :p
  19. Onggo-inggi: binatang yang bentuknya kayak serangga, tapi ada/hidup di atas air, biasanya di kali. Disebut juga Onggo-onggo.
  20. Ndleming: bicara sendiri. Kayak kamu kali. :P
  21. Kelekar/keklekar: jatuh dengan tubuh menghadap ke atas.
  22. Rekoso: kerja berat.
  23. Diseset: dikupas. Biasa digunakan perumpamaan untuk pohon bambu (membersihkan pohon bambu menggunakan arit).
  24. Ndrodok: menggigil. Biasa digunakan buat orang yang baru sakit panas dingin. Haha :D
  25. Ngangkrok: ngangkrok ki upu yo? Itu semacam kayak meloncat di punggung terus gondelan gitu, digoceki terus. NB: gondelan, gocekan, artinya: pegangan. Duh, bahasa nasional kug gak lengkap ya?
  26. Adah/wadah: tempat.
  27. Buyuten: suatu penyakit yang biasa diderita oleh kakek-kakek/orang yang sudah tua, yaitu kaki dan tangan pada gerak-gerak sendiri gituw, ngewel. :D
  28. Ngoweh: ngiler. :p
  29. Ngomyang: bicara sendiri, seperti ndleming. (bahasa gaul keluargaku) :p
  30. Jeglokan: jatuhan.
  31. Cincing: menaikkan celana yang menyentuh tanah.
  32. Mblekuk: jemek, atau tanahnya gembur, jeblok, tanahnya becek, dll. :D
  33. Jebat itu kalo sendalnya putus itu lho, mudeng?
  34. Klesotan: duduk di lantai.
  35. Pliket: lengket.
  36. Mbules kuwi opo yo? Mbules kuwi, seperti muter2 gitu lho. Contohnya: disuruh pergi dari kamar, eh, masih aja main2 di kamar. Itu yang namanya mbules. Tapi bukan mules lho. Itu lain lagi artinya. :p
  37. Cokek’an: sebuah hiburan/orkestra dari jawa yang jumlah instrument/alatnya lebih sedikit dan lebih sederhana dari keroncongan. Gong/bass (istilah gaulnya) nya aja terbuat dari bambu besar yang dibentuk menjadi corong panjang, cara penggunaannya dengan cara ditiup seperti saxophone. Bungggg….. (gitu bunyinya) :D
  38. Ndelalah: tiba-tiba.
  39. Glegek’en: bersendawa.
  40. Krukup: penutup
  41. Pating srabut kuwi, opo meneh yooo… emm… pating srabut kuwi nek do njebrut-njebrut kuwi lho… pada njebrut! Dah gitu aja lah: pada njebrut!
  42. Gembandul: gondal gandul, nge-gantung, geyong-geyong. Haha :D
  43. Gember kuwi kewel-kewel, geyor-geyor karena kegemukan.
  44. Cringis-cringis itu pada lancip-lancip gitu lho, kayak gigi.
  45. Jogangan: tanah yang dipaculi hingga berlubang, biasanya dipakai untuk tempat sampah alami orang desa.
  46. Monting: terlempar, membanting.
  47. Nyonyor: babak belur. Bukan masak telur. :p
  48. Keplengkang: praktekin aja dengan kaki yang satu elu ditarik ke depan, dan yang satu lagi ditarik ke belakang, hingga lurus, seperti gerakan split!
  49. Ayem: merasa aman, nyaman.
  50. Bonggol: potongan pohon ketela yang ditancapkan karena mau ditandur lagi.
  51. Blusukan kuwi, pergi lewat tempat yang runggut-runggut gituw, biasanya di kebon. Ah, susah banget ya bahasa jawa itu bila ditranslate bahasa Indonesia. Musti pake kalimat yg panjang2, gila! :S
  52. Gembung/gembong adalah setan yang tidak punya kepala.
  53. Ndelik: sembunyi, bersembunyi, tersembunyi. (ben sisan wae dike’i artine kabeh. Haha :D)
  54. Nylempit? Mbuh ah, golekono artine dewe. Mumet aku. Nylempit iku hampir sama dengan ndlesep, cuman tempatnya aja yang berbeda. Kalo ndesep lubangnya berbentuk bulat atau yang lain, kalau nylempit, bentuk lubangnya pasti gepeng atau yang sempit-sempit. Huft! :S
  55. Brodol: coba aja rambut elu dicabutin banyak-banyak. Itu lah yang namanya brodol! Haha :P
  56. Mewek: nangis, dalam bahasa yang lebih mengejek.
  57. Mimblik-mimblik: nangis tapi cuma terisak-isak saja, dengan kedua mulut maju seperti bebek.
  58. Dikremus kuwi dicakot, bahasa indonesiane digigit. Kremus, kremus, kremus, ngono…
  59. Gero-gero: nangis dengan lebih ekstreem, teriak-teriak gak karuan, nangis bombay deh pokoknya!
  60. Ampeg itu… emm… bila kamu ditonjok perutnya terus berasa kayak kram gitu lho. Itu yang namanya ampeg! :p
  61. Kliyengan itu kayak orang mau semaput.
  62. Ngeneng-enengi: membujuk-bujuk biar mau diam/nggak nangis lagi.
  63. Lethong kuwi tai sapi. Yeak, pertanyaan seperti itu aja ditanyakan! :S
  64. Pupu: paha! Syup, cep, cep! :-*
  65. Ngeces kuwi: ngoweh, mengeluarkan air liur dari mulut dengan tak sengaja, atau ketika bengong. Yeak!
  66. Klembrehkan kuwi opo yoo… Nglembreh… ae embuh… sori yo, angel nerangne, goleki ng kamus bahasa jawa ae dewe! :P
  67. Mangap: terbuka.
  68. Kesampluk: ketampar, atau kesenggol tangan secara tidak sengaja. Huft!
  69. Ngeciwis adalah ceriwis, banyak omong, begitu anak-anak. Mudeng? J
  70. Dikroak’i itu dicoak, dicoaki, dlsb.
  71. Kunci ceklekkan: kunci yang dislobokke itu lho, yang dimasukkan terus berbunyi ceklek, gituw. (emangnya semua kunci nggak berbunyi ceklek gituw ya? Embung. Mana ku taaaahu. Emangnya gue penjual kunci! :p)
  72. Dedel duel: rusak se rusak-rusaknya. Kayak risliting itu lho, dedel duel.:D
  73.  Tumbas: beli.
  74. Ndeprok kuwi sama artinya dengan nglemprek. Tapi indonesiane apa ya? Emm, kayak ngesot gituw. Jatuh dengan ngesot! Ya, ndeprok=jatuh dengan ngesot!
  75. Pating plenthung: pada mlenthus-mlenthus ngunu. Pada menthul-menthul. Mudeng gak?
  76. Disawuri: contohnya yaitu ketika kamu nyaruk pasir terus dilempar ke muka adik elu. Itu namanya disawuri. :p
  77. Kokot bolot: coba gosok-gosok belakang leher elu pas keringetan. Bila ada kotoran yang nempel di tangan elu, itu yang namanya kokot bolot. :p
  78. Ngguyu: ketawe.com:D
  79. Coz kuwi kepanjangane because, duuuhhh, ya ampuuunnnn…. Gitu aja nggak tahu. Bahasa indonesianya cari aja di kamus. Gila! Ckckckc…
  80. Upo: butiran nasi, cara ngelemnya ya dipenyet2 gituw nasinya…
  81. Nggeblak: terjengkang
  82. Mendosol ki mlenuk ngunu. Mbuh bahasa indonesiane upu. Hiks. :S
  83.  Nggrenjel: waduh, modar, susah meneh iki ngartekke. Nggrenjel itu… yo nggrenjel, raiso diartekke, gila! :S
  84. Kluprut: nah iki rodok gampang neng yo angel. Kluprut itu artinya berlumuran. Horeee, pinter kan? www.sombongdiri.com :D
  85. Klisikan: tidak bisa tidur, cuma gulang-guling terus.
  86. Pating grandul: pada nggandul/menggantung. Haha :D
  87. Nyepruk itu gabungan antara mekar dan mlenuk. Mekar yang penuh gituw, ganti! ;)
  88. Mletha-mletho kuwi… em… sesok wae yo, tak mikir sek translate nang Indonesia upu. Lhawong angel banget we… sesok wae yo, nang buku selanjutnya. Hehe J

 Waaaawwwwww..... ternyata banyak sekali ya kata-kata bahasa Jawa-nya....
Semoga saja bisa membantu teman-teman yang kesulitan memahami bahasa Jawa, karena kadangkala, bahasa Jawa di desa satu dengan yang lainnya itu berbeda.
Dengan ini semoga bisa memberikan satu kesatuan makna yang lebih utuh (jiahhh, kayak pasal-pasal saja) dan pemahaman yang lebih mendalam.

Semoga bermanfaat.

Salam, 
Si Kucing Merah


TERTAWALAH SEBELUM TERTAWA ITU DILARANG!!!

Ning, nong, ning, glung, Pak Bayan...
Sego jagung ora doyan...
Iwak ingkung, enak'e...
Kesandung dingklek, aduh Mbok'e...
:D

Total Tayangan Halaman

Cari

Nek arep nggoleki lewat kene: