Followers

Kamis, 22 September 2011

PENGUMUMAN PEMENANG LOMBA SUKA-SUKA NOVEL "PAIMO & MAK JENUN"

Wah, ternyata sudah tiba ya saatnya pengumuman akan pemenang dari Lomba yang sudah saya adakan sedari 1 bulan yang lalu. Hmm, walau tak terlalu banyak yang mengikuti event ini, tapi dengan hadiah yang begitu minim (cuma 3 buku) tapi tentu saja setidaknya masih ada persaingan di antara peserta lomba, karena jumlah teman yang mengikuti ada lebih dari 3 orang.

Semalam telah saya hitung berulang-ulang, dari keseluruhan peserta, berdasarkan poin dan nilai dari kualitas resensi yang mereka bikin, serta kesesuaian mereka dalam mematuhi segala syarat dan prasyaratnya, akhirnya saya telah mendapatkan tiga orang pemenang yang layak mendapatkan buku terbaru saya tersebut.

Tapi sebelum itu, saya mau menjelaskan, bahwa penentuan pemenang atas lomba ini adalah mutlak dan tidak dapat diganggu gugat (apalagi digigit), karena saya sudah memberitahu kepada semua peserta bagaimana kriteria pemenang yang layak mendapatkan buku gratis plus tanda tangan dari penulisnya langsung (yang ini agak narsis!) :D
Okelah, tidak usah berbasa-basi lagi. Kebanyakan bicara entar bibirnya bisa jontor. :P

Daaaaaaaaaaaannnnnnnn...... Pemenangnya adalaaaaaaahhhhhh...... Teman yang bernamaaaaaaaa :
 
  1. Hw Prakoso 'Aqil Aprilianto'
  2. Abdullah Ar Risalah
  3. Eneng Susanti

Selamat yaaa kepada ketiga pemenangnya!!! Semoga semakin sukses dan selamat menikmati Novel Gemblung ini...!!!!!
 
Bagi yang kalah jangan berkecil hati, karena InsyaAllah saya akan segera (dalam proses) membuat edisi keduanya, jadi nanti bisa ikut di lomba berikutnya (jika ada, hehe) :p




(Maaf nggak ada kembang api!) :p
Bagi yang menang boleh lonjak-lonjak!!! :D

Senin, 12 September 2011

Kopdar Grup Kepenulisan "CENDOL" di Yogyakarta

Sebagai seorang penulis, tentu saja kita tak lepas dari sebuah komunitas kepenulisan yang secara tidak langsung akan memberikan kita sebuah dorongan maupun semangat, untuk terus menghasilkan karya-karya yang bermutu. Walaupun tanpa itu semua kita memang bisa berdiri sendiri jika semangat yang kita punya sudah membara dan berkobar-kobar.

Namun bukan hanya itu saja sisi positif yang bisa kita ambil, akan terlalu sempit jika kita berpikiran seperti itu, melainkan kita bisa saling bertukar pikiran dan menambah ilmu yang kita punya. Bahkan tak hanya sebatas itu, kita bisa memperoleh banyak "hal" yang akan terlalu panjang jika saya utarakan semua di tulisan ini.

Jujur, saya memang kadang terlalu sulit untuk menyesuaikan diri di sebuah kalangan yang terdiri dari banyak orang. Kehidupan saya selama ini lebih terkesan "sepi", tanpa banyak orang yang menemani. Yeah, masa lalu yang pahit. Tapi, entah kenapa, setelah saya bertemu dan bergabung dengan Grup kepenulisan Online yang bernama "CENDOL", saya merasakan ada suatu hal yang berbeda. Saya merasakan ada suatu "kehangatan" di sana, suatu keluarga, yang walaupun kita berbeda jarak, tapi seolah terasa sangat dekat. Saya tak melebih-lebihkan akan hal itu. Karena kenyataannya memang seperti itu. Berikut ini buktinya, foto-foto saat diadakan Kopdar di Yogyakarta, yang ketika bertemu, seolah-olah kita langsung kenal saja. Akrab sekali. Luar biasa.


 Foto saat perkenalan. Hihi. Grogi dikit. Dilihatin Bunda Titie Surya soalnya. ^__^



Yang ini foto saat mendengarkan Mbak Nita Tjindarbumi memberikan ilmu tentang kepenulisan. Hihi, ganteng yak aku. Kayak Arman Maulana. ^__^



Ini foto keseluruhan peserta yang ikut Kopdar Yogyakarta. Ada suker Donatus A. Nugroho juga, bunda Titie Surya, bunda Astuti, dan lain sebagainya. Yang pasti, aku yang paling ganteng! :P


Hasil yang saya dapat dari Kopdar itu antara lain, selain menjalin silaturahmi, juga mendapatkan ilmu tentang kepenulisan yang disampaikan oleh Mbak Ari Kinoysan. Tentang bagaimana kita bersikap, bagaimana kita mencari penerbit yang cocok, bagaimana memasukkan karya ke suatu penerbit, bagaimana mengolah ide hingga menjadi suatu tulisan yang layak terbit, dan lain sebagainya. Semuanya dijelaskan dengan gamblang dan sejelas-jelasnya.

Pembicara selanjutnya adalah Mbak Nita Tjindarbumi. Dia menyampaikan dengan loyal sekali, membuka suatu rahasia menembus media--terutama majalah--agar bisa diterima dengan mudah. Sebuah ilmu yang sangat bermanfaat. Tapi mohon maaf, tidak sempat saya tulis di sini. :p
Kiranya cukup sekian saja tema bagi-bagi ilmu kita. Bila ada salah kata, saya minta maaf yang sebesar-besarnya. (Jiacchhh... kayak acara hajatan saja) :D

Yang pasti, salam sastra dan sejahtera.
Tertanda,
Si Kucing Merah.


Mimpi - Pohon Berdaun Kuning

Malam ini saya terbangun dua kali. Dan dalam semalam itu, entah bagaimana kejadiannya, saya juga bermimpi selama dua kali. Dengan tema cerita yang berbeda. Dengan setting dunia yang berbeda.

Saya terbangun ketika kakak ipar saya sedang menyetel televisi pertandingan bola, dan tak saya hiraukan sama sekali. Saya berada di kamar, sementara televisi terletak di ruang tengah. Saya melanjutkan tidur lagi karena tadi malam begitu mengantuk, sampai-sampai laptop yang saya letakkan di samping kepala saya, yang masih menyala dan masih saya cas, tidak sempat saya matikan bahkan untuk jaringan internetnya.

Mimpi saya yang kedua, selepas mimpi tentang seorang laki-laki yang membawa pistol dan menembakkan ke langit-langit ruangan itu, saya bermimpi menjelma menjadi seorang anak kecil yang berusia sekitar 17 tahun. Lumayan muda, daripada sekarang. Anehnya, saat itu saya sedang membawa sabit yang sangat tajam karena mau mencari rumput atau dedaunan di sebuah sawah, yang entah rumput itu untuk binatang peliharaan siapa, saya juga tak tahu--karena dalam dunia nyata saya memang tidak mempunyai kambing atau sapi.

Ada beberapa anak kecil yang berada di sana--di pinggiran sawah dekat rumah--yang memang saya tahu dia adalah anak dari tetangga dekat saya sendiri--salah satunya. Lalu, saat saya melihat ke tepi sawah yang lain, di sana ada beberapa batang pohon yang daunnya berwarna kuning cerah--bentuk daunnya seperti daun waru namun entah mengapa seluruhnya berwarna kuning.



Karena saya sama sekali belum mendapatkan rumput atau daun--yang entah buat peliharaan siapa--tanpa basa-basi saya langsung memotong pohon itu, yang mungkin tingginya hanya sekitar satu meteran. Saya papras pohon berdaun warna kuning cerah itu separuh. Tiba-tiba saja datanglah seorang nenek-nenek tua yang memarahi saya karena telah memotong pohon-pohon yang ia tanam.

Nenek-nenek itu memarahi saya habis-habisan--dan saya tahu kalau itu adalah nenek-nenek tua yang tinggal di samping rumah saya.

Di saat itu, dalam mimpi yang lebih mimpi lagi, pikiran saya tiba-tiba saja terlempar ke masa lalu, yang mengingatkan saya bahwa dahulu kala, saya juga sempat bermimpi seperti ini. Hanya saja, nenek-nenek tua itu dulu memperbolehkan saya untuk menebang pohon-pohon di samping sawah itu.

Saya pun berkata pada dia, "Loh, Nek, dulu kan nenek sendiri yang bilang, kalau tak apa-apa menebang pohon itu. Kok sekarang malah marah-marah sama saya?"

Tapi nenek itu tetap saja ngotot memarahi saya karena telah menebang pohon miliknya.

Setelah itu, saya pun menghentikan aksi penebangan itu, agak nggerundel atas sikap nenek-nenek tua itu yang tak konsisten atas ucapannya dahulu.

Saya pun pergi dari sana. Tapi entah kenapa, saat saya pulang, saya merasa malu luar biasa, karena saya pulang dengan tanpa mengenakan celana pendek saya. Bahkan sempak saya. Ada seseorang yang melihat dan mengikuti saya dari belakang, tapi saya tak tahu siapa dia. Yang pasti, bukan nenek-nenek itu. Dan akhirnya saya pun terbangun dari mimpi.

Mimpi - Laki-laki Yang Meletuskan Pistol

Tadi malam, untuk yang kesekian kali, aku mengalami mimpi lagi. Mimpi yang bisa dibilang aneh, atau mungkin biasa saja, karena mimpi hanyalah bunga tidur. Benar, bukan? Walaupun mimpi itu sendiri masih dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu mimpi yang memang berasal dari Allah (kebenaran yang akan terjadi, yang dia tunjukkan lewat alam mimpi--seperti mimpi bertemu Nabi), mimpi yang berasal dari syetan (yang ingin mengganggu kita atau menyesatkan kita), dan mimpi sebagai bunga tidur.

Saya sendiri, masih belum paham betul bila harus menggolongkan mimpi seseorang masuk dalam kategori mana. Karena mimpi itu memang masih bersifat "maya-wi" alias tak tampak. Mungkin, hanya Nabi Yusuf saja yang bisa mengartikan mimpi. Selebihnya, hanya Allah yang tahu.

Hmm, bila kalian bertanya kepada saya, bagaimanakah pendapat saya tentang mimpi itu sendiri (yang saya alami) dan bagaimana saya menyikapinya?

Saya akan menjawab: Mimpi itu adalah sumber penghasilan saya. Karena berasal dari mimpi itu sendiri, saya mendapatkan suatu cerita (dan tentu saja tak perlu pergi kemana-mana), untuk kemudian saya tulis menjadi sebuah Novel atau cerpen. Bagi saya, mimpi itu ide. Walau kadang memang membuat saya ketakutan setengah mati hingga menyebabkan saya tak bisa tidur dengan nyenyak kembali karena saking buruknya mimpi itu. Tapi toh dalam sehari atau pun dua hari saja mimpi itu akan terlupakan, jadi enjoy saja. Anggap ini suatu pengalaman menarik menjelajahi dunia asing. Dunia yang terbebas dari segala macam realitas yang kadang menurut kita terlalu menjemukan atau pun menyebalkan.

Hari ini, tepatnya tadi malam, saya mengalami mimpi selama dua kali.

Yang pertama, saya bermimpi sedang berada di sebuah rumah kecil, di antara orang-orang yang juga asing, sama sekali belum pernah saya lihat. Ketika beberapa waktu saya berdiri di antara mereka, tiba-tiba saja suasana menjadi kacau (bukan kacau seperti ada demonstan atau peperangan), tapi orang-orang itu sibuk menuangkan kue dan segala jenis manisan ke dalam gelas-gelas cantik dan mangkuk kaca. Ada agar-agar, ada manisan yang berwarna hijau, ada cenil juga, dimasukkan dalam satu wadah kemudian diguyur dengan sirup kental warna hijau.

Setelah beberapa saat, ada ketukan pintu. Salah seorang membukanya. Saya menjulur-julurkan kepala, pengen tahu. Ternyata banyak sekali orang di depan rumah, dan kini mulai merangsek masuk dengan teratur. Anehnya, beberapa orang yang bersama saya tadi sudah berjejer di depan pintu, menyalami mereka satu per satu. O, sekarang saya tahu. Ini seperti berada di pesta ulang tahun. Atau pesta perkawinan yak?
Beberapa orang yang sudah masuk ke ruang kecil itu kemudian mengambil makanan manis-manis yang kami persiapkan tadi, yang lebih anehnya lagi, tiba-tiba saja mereka sudah membawa piring makanan sendiri dari luar (piring makanan yang berisi nasi dan lauk pauk). Heran saja, karena biasanya nasi dimakan belakangan, setelah makanan-makanan ringan. Ternyata benar, tak lama setelah itu si pemilik acara segera menyuruh mereka untuk meletakkan piring dan mengambil cemilan manis yang sudah kami persiapkan di meja tengah. Mungkin mereka yang tak tahu adat.

Hingga ketika saya menyalami orang yang terakhir, entah kenapa saya merasa ada firasat aneh dengan orang itu. Pipi laki-laki itu kempot, memakai baju hem putih (bergaris lurus kecil dan jarang), bercelana panjang warna hitam, dan sebelah tangannya masuk ke dalam hemnya itu seperti sedang membawa/menyimpan sesuatu.
Laki-laki itu tidak mau menerima uluran tangan saya--yang semakin membuat saya heran dan jantung saya mulai berdetak tak beraturan. Jangan-jangan orang itu menyimpan sesuatu yang membahayakan di dalam bajunya itu, saya pikir-pikir.

Ternyata benar dugaan saya, ketika laki-laki itu tidak mau saya jabat, dia malah melangkah maju ke depan dan mengeluarkan tangan kanannya yang sedari tadi dia sembunyikan di dalam baju hem putihnya. Ternyata, laki-laki itu membawa pistol berkilat, yang langsung ia letuskan di udara, yang sontak membuat panik orang-orang. Saya pun begitu. Saya segera berlari ke dalam dan memberitahu orang-orang.

Entah bagaimana kejadiannya, laki-laki itu ternyata berhasil dibekuk oleh orang-orang, dan dibawa masuk ke dalam sebuah ruang yang berada di teras rumah--sebelah kanan. Selama orang itu disingkirkan, saya memberitahu tetangga saya (satu-satunya orang yang saya kenal di situ--tetangga asli--yang bekerja sebagai tukang kebun sebuah sekolah) dan ia langsung marah-marah. Dengan geram ia segera berlari ke depan dan masuk ke dalam ruang tempat laki-laki itu disekap, dan saya membuntutinya. Terjadi perkelahian hebat di sana--saya lihat--karena laki-laki itu dipegang oleh banyak orang (lebih dari 5 orang mungkin). Apakah karena saking kuatnya laki-laki itu, saya tak tahu.

Laki-laki itu dibawa mendekat ke arah saya, dan entah kenapa saya juga jadi geram mengingat tindakannya yang meletuskan pistol di dalam rumah. Dalam keributan orang-orang yang berusaha memegangi tubuh dan tangan laki-laki itu, saya berusaha merangsek masuk dan memukul kepala laki-laki itu. Berulang kali saya memukul kepala laki-laki itu--karena dia membelakangiku.
Dan setelah dia berbalik, entah kenapa tukang kebun yang semula emosi dan ingin menghajar laki-laki itu, malah memarahi saya, karena ternyata laki-laki itu hanyalah tetangga sendiri. Pantas saja sedari tadi tidak ada yang terlihat memukul wajah laki-laki itu, batin saya. Cuma saya saja malah yang emosi dan berulang kali memukul kepala laki-laki itu dengan kuat. Dan setelah saya perhatikan-perhatikan, ternyata memang benar, laki-laki itu adalah tetangga saya sendiri. Waduh, kok bisa ya? Padahal saya yakin benar kalau tadi bukan dia yang menembakkan pistol itu di dalam rumah.

Aneh sekali sih?
Yah, memang begitulah mimpi. Kadang aneh, lucu, atau pun menyeramkan.
Yang jelas, enjoy saja deh.... :)


TERTAWALAH SEBELUM TERTAWA ITU DILARANG!!!

Ning, nong, ning, glung, Pak Bayan...
Sego jagung ora doyan...
Iwak ingkung, enak'e...
Kesandung dingklek, aduh Mbok'e...
:D

Total Tayangan Halaman

Cari

Nek arep nggoleki lewat kene: